Pengamat politik Rocky Gerung menilai negosiasi adalah langkah paling masuk akal bagi Indonesia dalam menghadapi kebijakan Amerika Serikat (AS) terkait tarif impor timbal balik atau reciprocal tariffs 32 persen.
Namun, menurutnya, kunci dari keberhasilan jalur diplomasi ini terletak pada satu hal penting. Yaitu siapa yang akan memimpin perundingan.
"Sekarang masalahnya adalah siapa yang akan memimpin duel diplomasi ini atau berargumentasi dengan Amerika untuk mewakili kepentingan Indonesia," kata Rocky lewat kanal YouTube pribadinya, Senin 7 April 2025.
Sosok yang akrab disapa RG itu menyoroti pentingnya figur atau tim negosiator yang tidak hanya sekadar mewakili pemerintah, tetapi benar-benar memahami konteks politik dan ekonomi global.
Rocky juga membahas soal tidak adanya Duta Besar (Dubes) Indonesia di AS selama hampir dua tahun terakhir. Padahal dalam situasi krisis seperti ini, dubes bukan hanya simbol diplomatik, tapi aktor utama dalam menjaga stabilitas dan kepentingan nasional di panggung global.
"Jadi sekali lagi fokus perhatian negeri ada pada siapa yang akan memimpin tim negosiasi. Ini bukan memimpin perang, sehingga diperlukan seorang jenderal," jelasnya.
Rocky pun menyebut satu nama yang menurutnya layak menjadi ujung tombak diplomasi Indonesia. Figur tersebut tak lain adalah Dino Patti Djalal.
RG menilai Dino sebagai figur yang punya pengalaman panjang dan pemahaman mendalam terhadap proses negosiasi internasional.
"Kita tahu reputasi Dino karena mengerti tentang regulasi perjanjian," jelas dosen Ilmu Filsafat itu.
Ia menegaskan, sosok seperti Dino bisa menjadi standar atau model ideal bagi calon Dubes Indonesia di Washington.
“Kalau ada yang di atas Dino oke, tetapi kelihatannya itu yang bisa saya terangkan. Keadaan ini yang memungkinkan kita berpikir apakah nama-nama lain masih dimasukan oleh Presiden Prabowo? Itu sebetulnya memang kualitas yang harus dihitung sejak sekarang," pungkasnya.