Image description
Image captions

Bursa calon wakil presiden untuk Prabowo Subianto pada 2029 mulai memanas, dengan nama Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), muncul sebagai pesaing kuat bagi Gibran Rakabuming Raka.

Dengan latar belakang militer yang cerdas, wawasan geopolitik luas, dan gelar doktor, AHY dinilai memiliki modal politik formal yang signifikan.

Namun, dari sudut pandang loyalis Jokowi, semua keunggulan akademis tersebut dinilai tidak cukup untuk menandingi Gibran.

Aktivis Jokowi Lovers, Mulahati Simarmata, menepis keras potensi AHY.

Menurutnya, AHY belum berhasil merebut hati rakyat Indonesia seperti yang dilakukan Gibran. “Secara hati, rakyat tidak mencintai AHY seperti mencintai Gibran,” tegasnya.

Mulahati bahkan memberikan peringatan keras dan menyarankan AHY untuk berpikir ulang sebelum mengambil langkah politik yang berisiko.

"AHY itu harus mikir dulu tujuh kali lagi, Bang, daripada konyol,” ujarnya.

 

Ia memprediksi, jika AHY tetap nekat bersaing, ia hanya akan berakhir sakit hati karena popularitasnya masih sangat jauh di bawah Gibran.

Analisisnya didasarkan pada perbandingan "modal politik" kedua figur. Jika AHY unggul dalam kualifikasi formal, maka Gibran, menurut Mulahati, unggul dalam modal sosial.

Gibran dinilai memiliki dukungan tulus dari masyarakat akar rumput yang menginginkan pemimpin yang dekat dan tanpa jarak, sebuah gaya yang diwarisi dari ayahnya, Joko Widodo.

 

Mulahati juga mengungkit pengalaman AHY di Pilpres 2024, di mana ia ditinggalkan oleh Anies Baswedan yang lebih memilih Muhaimin Iskandar sebagai cawapres.

 

“Di mata Anis aja AHY tidak punya nilai, apalagi sekarang,” sindirnya. Dengan analisis ini, ia menyimpulkan bahwa setiap upaya AHY untuk menandingi Gibran di 2029 akan berakhir dengan kekecewaan. ***

 

Sumber: konteks