Image description
Image captions

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia bersama-sama memperingati 75 tahun keanggotaan dan 80 tahun berdirinya organisasi internasional tersebut, diselenggarakan di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Jumat (24/10).

Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 300 peserta yang terdiri dari perwakilan Pemerintah, Badan PBB, Korps Diplomatik, akademisi, perwakilan pemuda, lembaga penelitian, media, serta masyarakat umum.

Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kemlu RI Tri Tharyat, menegaskan kembali komitmen dukungan Indonesia terhadap stabilitas global dan memperkuat multilateralisme termasuk melalui partisipasi aktif dalam misi pemeliharaan perdamaian PBB.

 

“Sebagai kontributor kelima terbesar pasukan penjaga perdamaian PBB di dunia, Indonesia bertekad memainkan peran yang lebih aktif, dalam menciptakan dunia yang damai, adil, dan berkelanjutan,” ujar Tri melansir keterangan tertulis Kemlu RI.

Dalam menandai tonggak bersejarah ini, diluncurkan perangko dan token khusus merayakan 75 tahun kerja sama antara Indonesia dan PBB. Perangko ini merupakan inisiatif dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bekerja sama dengan PT Pos Indonesia.

Perangko menggambarkan pidato Presiden Sukarno di Jakarta pada tahun 1949, yang menyatakan bahwa Indonesia akan hidup bersahabat dengan seluruh negara di dunia. Setahun kemudian, pada 28 September 1950, Indonesia resmi menjadi anggota PBB.

“Perangko dan token ini menceritakan kisah tentang peran penting Indonesia dalam menjaga perdamaian dan menjalankan diplomasi. Selama 75 tahun, Indonesia telah berdiri sejajar dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa — dari misi penjaga perdamaian hingga upaya kemanusiaan global — untuk menenun harmoni dunia,” imbuh Tri.

Pada kesempatan yang sama, Gita Sabharwal selaku Koordinator Residen PBB di Indonesia, menyoroti kemitraan yang kuat dan kepemimpinan Indonesia dalam mempromosikan perdamaian dan pembangunan global.

“Dari Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955, kontribusi pertama Indonesia dalam misi penjaga perdamaian pada tahun 1957 di bawah UN Emergency Force di Sinai, hingga peran penting Indonesia dalam merumuskan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Pact for the Future — kemitraan Indonesia dan PBB mencerminkan keyakinan mendalam terhadap multilateralisme sebagai kekuatan untuk kebaikan dan alat utama untuk melayani umat manusia dan planet ini,” ucapnya.

Ia menambahkan, kerja sama Indonesia dan PBB diperkuat melalui penandatanganan Kerangka Kerja Sama Pembangunan Indonesia–PBB (2026 – 2030).