Image description
Image captions

Presiden Prabowo Subianto dikabarkan sempat marah karena para penegak hukum tidak menindak oknum-oknum direksi BUMN yang melakukan korupsi dan belagak bak raja.

Mantan Intelijen Negara, Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra dilansir dari siniar Forum Keadilan Tv pada Selasa, 28 Oktober 2025, mengatakan, kemarahan Prabowo itu disampaikan saat pidato.

Itu juga sempat ditayangkan di beberapa di YouTube ya, sebentar, habis itu hilang," ucapnya.

Sri Radjasa menegaskan, pidato Prabowo itu pesannya sangat jelas ketika menyebut sangat muak terhadap direksi BUMN yang berlagak bak raja.

"Langsung dikatakan, mana Jaksa Agung? Saya enggak mau tahu selesaikan itu!" ucap Sri menirukan perintah Prabowo.

Jaksa Agung ST Burhanuddin, lanjut Sri Radjasa, harusnya peka dengan persoalan yang disampaikan Presiden Prabowo.

Itu juga sempat ditayangkan di beberapa di YouTube ya, sebentar, habis itu hilang," ucapnya.

 

Sri Radjasa menegaskan, pidato Prabowo itu pesannya sangat jelas ketika menyebut sangat muak terhadap direksi BUMN yang berlagak bak raja.

"Langsung dikatakan, mana Jaksa Agung? Saya enggak mau tahu selesaikan itu!" ucap Sri menirukan perintah Prabowo.

Jaksa Agung ST Burhanuddin, lanjut Sri Radjasa, harusnya peka dengan persoalan yang disampaikan Presiden Prabowo.

Terlebih, lanjut dia,  Prabowo menurunkan Erick Thohir dari jabatan Menteri BUMN, kemudian mengangkatnya sebagai menteri pemuda dan olahraga (menpora) serta membubarkan Kementerian BUMN menjadi badan. 

 

"Sebetulnya ini sebuah petunjuk kepada para penegak hukum, terutama Kejaksaan Agung untuk segera mengambil langkah penyelesaian hukum," ucapnya.

Namun Jaksa Agung ST Burhanuddin bergeming. Akhirnya, memuncaklah kemarahan Prabowo dalam suatu acara.

Burhanuddin baru menyambut pesan tersebut setelah Prabowo marah. Ia merespons perintah tersebut dengan menyatakan akan mengevaluasi kajari dan kajati.

 

Burhanuddin menyampaikan pernyataan tersebut saat melantik kepala kejaksaan negeri (kajari) dan kepala kejaksaan tinggi (kajati). 

 

"Pelantikan bulan Oktober ini juga, 23 kalau enggak salah," katanya.

 

Sri Radjasa menyampaikan, di internal Kejaksaan, khususnya kejari dan kejati, masih banyak oknum kajari dan kajati yang bermain proyek.

Mem-backup kontraktor, sehingga mematikan kontraktor-kontraktor kecil di daerah," ungkapnya.

 

Ia mencontohkan di daerah penyangga ibu kota yang tidak jauh dari pantauan Jaksa Agung, yakni Kota dan Kabupaten Tangerang,

 

"Tanya saja bagaimana kajati itu berusaha untuk mendominasi proyek di situ dan memegang satu kontraktor besar," ujarnya.

 

Menurut Sri Radjasa, kondisi ini menjadikan Burhanuddin agak sulit untuk menumpas korupsi karena di bagian pasukannya ada yang tidak bersih.

 

"Bagaimana mungkin sih ketika Jaksa Agung menggunakan sapu yang tidak steril untuk menyapu," tandasnya.***

 

Sumber: kontek